Demokrat dan PKS Tak Kunjung Deklarasi Ini Kata Pengamat Analis Politik

lpkpkntb.com – PKS dan Demokrat kedua nya sejak awal menyatakan akan bergabung, namun  tak kunjung memberikan kepastian. Bahkan, hingga kini belum ada jadwal pasti kapan keduanya melakukan deklarasi. Dalih keduanya sama. Tak perlu terburu-buru karena partai lain pun belum bersikap. di kutip melalui laman Fajar.co.id, Sabtu, (21/1/23).

Kemudian, dalam hal ini, Demokrat dan PKS masih terus bernegosiasi. Misalnya, pola bagi-bagi kekuasan ketika mereka sepakat mengusung Anies, lalu usungan memenangkan Pilpres 2024.

Walaupun di antaranya, Demokrat, maupun PKS tidak mendapatkan posisi calon presiden sekali pun, mereka tentu harus memastikan tetap punya kontrol terhadap koalisi. Seberapa besar kontrol yang bisa mereka dapatkan dalam koalisi.

“Nah, inilah yang paling penting sebenarnya karena kontrol ini tentu sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang dibuat presiden nantinya,” kata Ali Armunanto, analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas), kemarin. melalui laman fajar.co.id.

Termasuk bagi-bagi jatah kabinet. Itu juga menentukan kontrol di posisi apa PKS dan Demokrat diberikan. “Apakah, misalnya, meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri BUMN, Menteri Perekonomian, dan lainnya,” katanya.

Bisa juga partai tertentu mengincar Menteri Pertanian atau Menteri Dalam Negeri dan Menteri Hukum dan HAM. Semuanya, ada keuntungan masing-masing, sehingga deal ini harus mereka amankan dahulu.

Jika ini belum deal, maka akan menjadi batu sandungan bagi mereka. “Karena jika tidak deal dari awal bisa menyebabkan pecahnya koalisi. Itu penyebabnya sehingga Demokrat dan PKS tak kunjung deklarasi,” Ali memprediksi.

Termasuk PDIP. Menurut Ali, masih ada komitmen yang harus diselesaikan dalam partai. Terutama jika Ganjar Pranowo dipilih sebagai capres. Ganjar harus dipastikan loyal, seperti loyalnya Jokowi Widodo kepada Megawati Soekarnoputri.

Sementara, Puan Maharani kemungkinan besar tidak didukung. Tetapi, kemungkinan besar, kendali utama partai itu akan diberikan kepadanya, seperti kekuasaan yang dimiliki Mega saat ini. Ada pun Ganjar, dia akan didukung PDIP. Sinyal dukungan itu terang-benderang saat Mega pidato di HUT ke-50 PDIP.

Misalnya, ketika Mega menyindir Jokowi bahwa dia adalah orang yang dari awal tidak punya apa-apa terus dibesarkan dan dikawal PDIP. Jika diperhatikan, sepanjang pidatonya, Mega terus mengingatkan loyalitas kader.

Mega juga menekankan peran partai dalam membesarkan kader. Semua itu dinilai menjadi indikasi bahwa Mega tidak akan mencalonkan Puan, tetapi Ganjar.

“Dan dari awal menekankan bahwa dia harus loyal, sama loyalnya Jokowi terhadap Mega. Jadi saya sangat yakin sampai saat ini 99 persen keyakinan saya bahwa Ganjar akan dicalonkan oleh PDIP,” ucap dosen Ilmu Politik FISIP Unhas itu.

Ke depan, situasi masih akan tetap cair. Mereka akan sama-sama berambisi mengegolkan target-target mereka agar terwadahi dalam suatu koalisi. Jika porsi yang didapatkan tidak ada komitmen bersama, pasti akan susah terwujud.