Lpkpkntb.com- Meletusnya Gunung Sinabung pada 2010 adalah contoh bahwa gunung berapi yang tertidur selama ratusan tahun, bisa terbangun kapan saja. Tapi kita bisa bersiap-siap agar dapat melakukan mitigasi bencana.
Pakar vulkanologi ITB Mirzam Abdurrachman menyebut, Indonesia memiliki setidaknya 29 gunung api yang sedang tertidur. Fenomena gunung api tidur, dijelaskan Mirzam merupakan perubahan tipe gunung api.
“Ada 3 tipe gunung api di Indonesia, yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C,” sebutnya.
Tipe A: ada 77 gunung api dengan catatan sejarah letusan sejak tahun 1600
Tipe B: ada 29 dengan catatan letusan sebelum tahun 1600
Tipe C: ada 21 gunung api dengan tidak ada catatan sejarah letusan sejak 1600 tetapi masih memperlihatkan jejak aktivitas vulkanik seperti sulfatara dan fumarola.
“Fenomena gunung api tidur yang bangkit adalah berubahnya dari tipe gunung api tipe B ke A. Dengan melihat data tersebut setidaknya ada 29 gunung api tidur di Indonesia,” ujarnya.
Semua gunung api tidur bisa bangkit kembali. Selain Gunung Sinabung di Indonesia yang meletus tahun 2010 setelah tertidur selama 400 tahun, Mirzam memberi contoh Gunung Edgecumb di Alaska yang meletus di tahun ini setelah tidur selama 800 tahun.
“Gunung berapi yang tertidur bisa aktif lagi sewaktu-waktu selama produksi magma (larutan silikat pijar) terus diproduksi di dalam dapur magma. Maka selama itu juga gunung api berpotensi meletus, meskipun ‘sesaat’ puluhan hingga ratusan tahun tertidur sejenak,” jelasnya.
Tidur atau ada jeda waktu, kata Mirzam, dipastikan akan mengubah komposisi magma. Karenanya, perubahan komposisi magma sangat diperhatikan dalam suatu siklus letusan gunung api.